“usability test procedure plan”

 

Prosedur dalam pengujian usability, memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk setiap responden. Adapun alokasi waktu dibagi menjadi 6, yaitu 0-5 min ~ welcome/consent form assignment, 5-10 min ~ Pre-test intervew, 5-10 min ~ Pre-test intervew, 45-50 min ~ Post-test questionnaire, 50-55 min ~ Post-test interview,  55-60 min ~ Debrief / pay incentive.

Kuesioner pada tahapan post-test questionnaire dapat menggunakan format yang sudah ada, ataupun dibuat sendiri oleh peneliti.  Metode angket telah lama digunakan untuk mengevaluasi antarmuka pengguna (Root & Draper, 1983). Kuesioner juga telah lama digunakan dalam bentuk elektronik (Perlman, 1985). Untuk segelintir kuesioner yang dirancang khusus untuk menilai aspek usability, dimana validitas dan / atau reliabilitas telah ditetapkan, termasuk beberapa dalam tabel berikut, beberapa di antaranya dibahas dalam (Tullis & Albert, 2008).

Singkatan Kuesioner Referensi Institusi Jumlah  pertanyaan
QUIS Questionnaire for User Interface Satisfaction (Chin et.al, 1988) Maryland 27
PUEU Perceived Usefulness and Ease of Use (Davis, 1989) IBM 12
NAU Nielsen’s Attributes of Usability (Nielsen, 1993) Bellcore 5
NHE Nielsen’s Heuristic Evaluation (Nielsen, 1993) Bellcore 10
CSUQ Computer System Usability Questionnaire (Lewis, 1995) IBM 19
ASQ After Scenario Questionnaire (Lewis, 1995) IBM 3
PHUE Practical Heuristics for Usability Evaluation (Perlman, 1997) OSU 13
PUTQ Purdue Usability Testing Questionnaire (Lin et al., 1997) Purdue 100
USE USE Questionnaire (Lund, 2001) Sapient 30
SUS System Usability Scale (Brooke, 1983,

diperbarui 2013)

Digital Equipment 10

 

Beberapa jenis kuesioner yang lain adalah,

  • SUMI: Software Usability Measurement Inventory
  • MUMMS: Measurement of Usability of Multi Media Software
  • WAMMI: Website Analysis and Measurement Inventory

Kelebihan dan kelemahan kuesioner akan dibahas pada post lainnya, ditunggu ya!

 

Purwokerto, 1 Mei 2019

“Prof. Pitoyo Hartono, saat mengisi pelatihan jurnal internasional”

Langkahnya gusar, mondar-mandir diatas podium, jari-jarinya menutupi sebagian mulutnya. Dia sedang mengingat sesuatu. Sebuah skandal akademik yang berdampak luar biasa pada dunia riset di Jepang. Prof. Pitoyo, seorang profesor dari Chukyo University, nampak serius saat menceritakan kisah koleganya. Adalah Haruka Obokata, seorang wanita muda, cantik, berprestasi, cerdas, mendadak menjadi puja puji media Jepang. Konon, rekan kerja beliau dari Waseda University ini (Prof. Pitoyo dulunya ber-homebase di sana) memiliki sebuah paper di jurnal ternama Nature dan Cell mengenai penemuan barunya mengenai sel induk. Namun, apa daya, ternyata seluruh penelitian yang tertuang dalam jurnal tersebut hanyalah kebohongan semata. Seketika popularitas Obokata menurun, dia tidak dapat mereproduksi hasil temuannya. Tindakan manipulatif ini kemudian berdampak sangat besar, terutama pada kematian sensei nya, Yoshiki Sasai, yang meninggal bunuh diri. Sasai malu dan merasa bertanggung jawab, terlebih dia adalah co-author pada paper tersebut. Sad ending ya…..

Beberapa hal yang bisa diambil hikmah dari cerita tersebut adalah
1. Semua peneliti harus skeptis pada sesuatu, bahkan pada diri sendiri, tidak boleh langsung percaya sebelum diketahui kebenarannya.
2. Puja puji mungkin terdengar menyenangkan, tapi itu berbahaya. Larut dalam pujian akan membuat orang menghalalkan segala cara, untuk tetap terus menjadi “bintang”.
3. Berbohong, manipulatif, atau pun cara-cara negatif yang digunakan untuk kemenangan, akan segera ketahuan, dan itu merupakan cara terbaik untuk mengakhiri karir.
Semoga kita dihindarkan dari hal2 yang demikian. Amiiin

Purwokerto, 1 April 2019