Apa yang Anda pertimbangkan dalam memilih perguruan tinggi? Pernahkah Anda mendengar peringkat sebuah universitas? Mengapa sebuah universitas memiliki peringkat berbeda2? Saya akan membahas nya satu persatu.
Pada umumnya, pemeringkatan sebuah universitas dilakukan untuk mempermudah calon mahasiswa dalam memilih perguruan tinggi, memperlihatkan “kualitas” perguruan tinggi yang bersangkutan, atau melihat dimana “posisi” kampus kita. Hal ini mendukung adanya keinginan setiap perguruan tinggi menjadi World Class University. Kualitas perguruan tinggi yang diakui oleh internasional akan menjadi tolak ukur keberhasilan dalam mencapai tujuan menjadi universitas kelas dunia. Akan tetapi, metode dan kriteria sebuah lembaga pemeringkat perguruan tinggi sangat bervariasi, sehingga, hasilnya akan berbeda satu sama lain. Beberapa versi pemeringkatan universitas antara lain webometrics, uniRank, eduroute, QS, dan DIKTI.
Webometrics
Merupakan peringkat universitas yang populer di Indonesia, bahkan sering dijadikan “acuan” kualitas perguruan tinggi. Webometrics digagas oleh sejumlah peneliti dari Cybermetrics Lab, Spanyol sejak 2004. Webometrics rilis setiap semester (setahun 2 kali) dengan meranking sekitar 12 ribu universitas di seluruh dunia. Mereka menggunakan metode penilaian 50% impact dan 50% activity (dibagi lagi menjadi 3 kriteria yaitu presence, openess dan scholar).
Webometrics menghitung sejumlah aktifitas sebuah perguruan tinggi di dunia maya. Semakin populer (dilihat dari impact — jumlah link yang merujuk pada halaman web), semakin eksis (dilihat dari banyaknya jumah halaman web, dan frekuensi update web), semakin terbuka (dilihat dari banyaknya jumlah file pdf yang dapat diakses pengguna), dan semakin aktif meneliti (dilihat dari banyaknya jumlah publikasi dosen, mahasiswa dan staff yang di share), maka semakin baik rankingnya. Webometrics menggunakan tools majesticSEO dan ahrefs untuk melihat indikator jumlah backlink, serta google scholar dan schimago untuk melihat indikator publikasi. Jumlah file terbuka yang dapat diindeks oleh google juga dijadikan indikator penilaian.
Indikator webometrics sangat bergantung pada komitmen institusi terhadap publikasi web. Dengan demikian, terdapat kemungkinan beberapa universitas dengan kualitas akademik tinggi berada pada peringkat rendah dari yang diharapkan, dikarenakan kebijakan publikasi web yang dibatasi. Sebagai contoh, sebuah universitas memiliki kebijakan privasi perguruan tinggi untuk tidak membuka akses publikasi ilmiah dosen dan mahasiswa, sehingga pengguna internet tidak dapat leluasa mengunduh artikel2 karya ilmiah tersebut.
uniRank
uniRank™ (dulu disebut 4 International Colleges & Universities or 4icu.org) merupakan pemeringkatan universitas berdasarkan popularitas website. Sejak tahun 2005, uniRank merilis peringkat sekitar 12,358 universitas, pada 200 negara. Kriteria penilaian berdasarkan algoritma 5 metrik yang independen dan tidak bias bersumber dari 4 web intelligence :
- Moz Domain Authority
- Alexa Global Rank
- SimilarWeb Global Rank
- Majestic Referring Domains
- Majestic Trust Flow
Metodologi yang digunakan dalam situs ini menempatkan perguruan tinggi dan universitas berdasarkan popularitas dan penggunaan situs web mereka; sesuai klaim mereka, uniRank tidak mengukur kualitas sekolah atau program mereka berdasarkan kualitas pendidikan atau kualitas layanan.
eduroute
Eduroute fokus meneliti dan mengevaluasi situs web universitas dan bukan kinerja sebuah universitas. Indikator yang digunakan dalam ranking universitas adalah quality of links and content, volume, online scientific information, dan links quantity.
Mesin peringkat universitas melewati tiga tahap utama dan penting yaitu:
1. Evaluasi otomatis yang terjadi tiga kali sebulan sebelum ranking resmi diumumkan.
2. Perhitungan rata-rata antara hasil yang diperoleh untuk evaluasi otomatis untuk memastikan integritas dan keakuratan data.
3. Pengujian manual acak yang dilakukan dengan mengambil sampel acak sebanyak 25% dari 1000 universitas teratas dan kemudian sampel 5% dari universitas lainnya.
Eduroute merilis ranking perguruan tinggi pada tahun 2011, namun sayangnya tidak melanjutkan perankingan hingga saat ini.
Quacquarelli Symonds (QS)
QS telah memproduksi peringkat sejak peluncuran QS World University Rankings® pada tahun 2004. Indikator penilaian QS rank adalah :
- Reputasi akademis (bobot 30%): Survei dilakukan ke kalangan akademisi kampus di setiap jurusan/pogram studi untuk mengukur kekuatan jurusan/program studi tersebut
- Reputasi karyawan (bobot 20%): Mensurvei karyawan administrasi perguruan tinggi untuk mengukur kualitas layanan administasi perguruan tinggi.
- Rasio fakultas/mahasiswa (bobot 20%): Dihitung dari rasio jumlah dosen dengan jumlah mahasiswa yang lulus dari setiap program studi di perguruan tinggi
- Penghargaan hasil riset (bobot 15%): Indikatornya adalah jumlah riset ilmiah perguruan tinggi yang mendapatkan penghargaan sebagai tolok ukur reputasi karya ilmiah tersebut, yang dianalisis dengan program Scopus.
- Jumlah riset ilmiah per fakultas (bobot 15%): Dengan menggunakan aplikasi Scopus, jumlah riset ilmiah per fakultas dikalkulasi menjadi skor dengan bobot penilaian 15%.
- Proporsi fakultas internasional (2,5%) dan mahasiswa internasional (2,5%): Indikator ini menganalisis jumlah program studi internasional yang ada di perguruan tinggi tersebut. Sementara itu, pengukuran jumlah mahasiswa program studi internasional itu dilihat dari rasio jumlah mahasiswa internasional dibandingkan dengan pegawai administrasi PT sebagai penentu kualitas layanan administrasi program studi internasional tersebut.
- Proporsi pertukaran mahasiswa ke luar negeri (2,5%) dan proporsi penerimaan pertukaran mahasiswa dari luar negeri: Indikator ini dilihat dari jumlah mahasiswa yang dikirim ke luar negeri dalam rangka program pertukaran mahasiswa serta penerimaan mahasiswa dari luar negeri dalam rangka program tersebut.
Dikarenakan peringkatnya didasarkan pada penilaian peer review dan employer review, maka hal ini tidak terlalu menguntungkan bagi universitas yang belum benar2 memenuhi standar, terutama pada negara2 tertentu. Jumlah riset dengan pengindeks scopus tentu memiliki konsekuensi biaya yang tidak sedikit. Sedangkan proporsi pertukaran mahasiswa ke luar negeri merupakan indikator yang lumayan sulit untuk negara2 berkembang.
DIKTI
Ranking DIKTI dibuat oleh pemerintah Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) melakukan pemeringkatan terhadap 3.320 (tiga ribu tiga ratus dua puluh) perguruan tinggi di Indonesia berdasarkan kriteria sebagai berikut:
- Dosen (12%): menghitung jumlah dosen berpendidikan doktor, dan memiliki jabatan fungsional lektor kepala / guru besar, serta kecukupan jumlah dosen tetap
- Kualitas dosen (18%): menghitung jumlah dosen tetap terhadap jumlah mahasiswa pada perguruan tinggi bersangkutan
- Akreditasi (30%): menilai akreditasi institusi maupun jumlah program studi terakreditasi A maupun B.
- Kualitas kegiatan kemahasiswaan (10%): menilai prestasi mahasiswa
- Kualitas kegiatan penelitian (30%): menghitung capaian kinerja penelitian sesuai kreteria yang ditentukan serta jumlah dokumen yang terindeks scopus.
Masih banyak lagi kriteria penilaian perguruan tinggi yang lain, beberapa indikatornya ada yang mirip, ada pula yang beda sama sekali. Demikianlah ulasan mengenai ranking2 perguruan tinggi, postingan selanjutnya, saya akan membahas tentang IREG dan Berlin Principles. International Ranking Expert Group (IREG) merupakan organisasi yang didirikan pada tahun 2004 oleh Pusat Pendidikan Tinggi Eropa UNESCO (UNESCO-CEPES) di Bucharest dan Institut Kebijakan Pendidikan Tinggi di Washington, DC. Atas inisiatif inilah IREG’s pada pertemuan kedua (Berlin, 18 sampai 20 Mei, 2006) telah diadakan perundingan untuk mempertimbangkan seperangkat prinsip kualitas dan praktik yang baik dalam peringkat Higher Education Institution (disebut dengan Berlin Principles).
Purwokerto, 30 Juni – 1 Juli 2017
*dalam renungan malam yang dingin dan secangkir kopi panas